Minggu, 22 Mei 2016

contoh Artikel "Seni Sastra" yang keempat

JERITAN HATI
PERINDU KEMAKMURAN
Menguak jendela hati orang pinggiran. Itulah sebutan bagi rakyat yang terbuang, dimana mereka hanya tinggal di gubuk beralaskan tikar dengan penuh kesesakan penduduk. Mereka memiliki hak namun tidak mendapat kelayakan hidup. Hingga mereka membenci pemerintah, karena janji yang tidak pernah ditepati.
Semua kota besar di dunia memiliki kawasan kumuh. Begitu juga dengan Bandung.  Kampung  kumuh tersebar dimana-mana. Di bantaran sungai, bantaran waduk, jalan inspeksi dipinggir kali, di kolong jembatan layang, di pinggiran rel kereta api, dan lainnya.


1.1 pemukiman di bantaran sungai
Semakin pesatnya kemunculan permukiman kumuh di perkotaan, diakibatkan tingkat pertumbuhan penduduk kota yang cepat dengan tidak seimbangnya ketersediaan lahan di perkotaan. Hal ini menimbulkan penggunaan lahan yang kurang dan tidak layak huni untuk daerah permukiman. Jumlah penduduk yang tinggal di kampung kumuh diperkirakan hampir setengah penduduk Bandung. Mereka merupakan pendatang atau kaum urban yang mencari pekerjaan di Bandung.

                   
1.2 pemukiman di jalan inspeksi pinggir kali
Dengan kata lain, kawasan kumuh ini ada karena adanya kebutuhan tempat tinggal bagi para pendatang yang ingin mengadu nasib di Bandung dengan harga yang relatif terjangkau. Demi mendapatkan pekerjaan di Bandung, para pendatang ini rela tinggal di rumah-rumah kumuh di bantaran-bantaran sungai.
1.3 pemukiman kumuh di tengah kota
Seperti apa kampung kumuh itu? Kampung kumuh biasanya ditandai dengan rumah-rumah yang berdempet-dempetan, tidak teratur, dan terbuat dari kayu-kayu atau bilik dan seng-seng bekas. Dihuni oleh warga berpenghasilan rendah, buruh dengan penghasilan tidak tetap, dan banyak pengangguran. Terdapat banyak WC umum, banyak pedagang air keliling karena air di tempat itu biasanya tidak sehat atau tidak layak minum. Jaringan listriknya juga tidak teratur dengan sambungan kabel dimana-mana sehingga rawan kebakaran. Tanah yang ditempati biasanya tanah negara, seperti di bantaran sungai atau waduk, pinggir jalan kereta api, di bawah kolong jalan layang, atau tanah itu status hukumnya tidak jelas.


1.4 pemukiman kumuh di gang kota
Sebetulnya kampung kumuh itu tidak layak menjadi tempat tinggal. Selain tempatnya tidak sehat, lingkungannya juga tidak bagus untuk tinggal. Bagaimana mau sehat kalau jaringan air bersih saja tidak ada. Selain itu, kondisi lingkungannya juga kotor. Banyak sampah, banyak tikus, kecoa, dan air comberan.  Mau istirahat atau belajar dengan tenang? Mana mungkin, karena di kampung kumuh biasanya tidak pernah tenang. Ada saja pedagang keliling yang teriak-teriak menawarkan dagangannya. Ada saja tetangga yang berantem. Anak-anak yang menangis. Tetangga menyetel TV keras-keras. Orang mabuk, dan lainnya.

1.5 pemukiman di pinggir rel kereta api
Hidup seadanya seperti itu tentu sangat tidak layak dan tidak manusiawi. Tetapi bagaimana lagi? Mau hidup tenang dan teratur? Mereka tak mampu menyewa apartemen atau membeli rumah. Penghasilannya tidak cukup, karena mereka hanya buruh harian yang tidak memiliki penghasilan tetap.
Apa pemerintah peduli dengan keadaan kampung kumuh ini? Baik Pemerintah ataupun para pejabat tidak akan mungkin jadi orang seperti sekarang tanpa bantuan dari mereka yang lemah. Maka dari itu, mampukah kalian membuat mereka menjadi tersenyum bahagia kembali?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar